New Post

On Senin, 27 Agustus 2012 0 komentar

hello guys, selamat datang di blogku setelah lama vakum *uhuk!* karena kesibukanku (dan kesibukanku bertambah karena menjaga seorang tuan muda kecil yang sangat lucu :3) aku berharap kalian bisa menikmati sajian yang ada di blogku walaupun isinya sedikit agak lebay dan masih berantakan ~ lain kali akan ku bereskan, arigatou sudah berkunjung :D kritik dan saran akan kuterima dengan senang hati ^^

Senyuman Terakhir

Aku tidak tahu persis, kapan aku bertemu dengannya. Yang kutahu sekarang dia adalah teman baikku, bahkan kuanggap sahabat. Dia yang selalu berada disisiku dan tidak akan meninggalkanku.
Tapi kini aku berdiri di depan jasadnya yang sudah dingin, dan tidak bernyawa lagi. Dia telah pergi dengan tenang dan senyuman terakhir kali aku melihatnya itu membuatku sakit. Padahal dia sudah berjanji, aku sangat menyesali kepergiannya. Dia gadis yang baik, polos, dan sangat setia kawan. Walau kadang dia suka menggodaku dan membuatku kesal. Entah mengapa aku menganggap semuanya hiburan ditengah kebosananku. Dia sangat mengerti aku, dan sulit menemukan orang seperti dia lagi. Kalaupun ada, pasti nggak akan sama seperti dia.
Baru saja kemarin ku habiskan waktuku bersamanya.  Aku bergelayut manja di tangannya dan berkata. ”Ayoo ke Pantai!”
Dia tersenyum dan berkata,” Baiklah, tapi aku nggak yakin kamu bisa berenang.”
“Eeeh? Bisa dong! Nanti aku perlihatkan! Lihat aja. Huh,”aku mendengus kesal.
Dia mendekatiku dengan tampang menggoda,”Oh yaa?”
“Iih! Kenapa wajahmu seperti itu!” Dia seperti menguji kesabaranku,. Huh sepertinya dia sangat menikmati saat-saat dia bisa menemukan titik kelemahanku dan menjadikannya bahan untuk meledekku lalu tertawa sepuasnya sampai dia mengerang kesakitan (karena terlalu banyak tertawa). Tapi ini jelas tidak lucu. Tidak lucu. Ini memalukan!
Dia masih saja tertawa saat melihat wajahku yang berubah memerah. Oh Tuhan! Sampai kapan dia akan terus tertawa.. Ini nggak lucu. “Heh. Berhenti tertawa!”
“Huehehehehe.. maaf . abis nggak tahan sih .”
Aku mencubit pinggangnya,”Nggak ada yang lucu! Rasakan cubitan mautku ini!”
“Eh ?! Aww.. Aduduh.. Stop!” dia meronta sambil memegang tanganku yang terus mencubitnya.
DUG! Aku menjitak kepalanya,”Rasakan!”
Dia meringis,”Tega banget sih, uh lain kali aku nggak nemenin kamu ke Pantai deh.”
“Heeh kalo kamu nggak nemenin aku ke Pantai, nanti benjol di kepalamu bakalan nambah seperti Shinchan, buahahaha..”
“Oh ngancem ceritanya nih..”
“Iya, kenapa? Mau protes?”aku menyeringai seperti tokoh-tokoh jahat yang sering muncul di sinetron.
“Nggak,”jawabnya pendek.”Tapi setidaknya kamu harus berperikemanusiaan sedikit, jangan menjitak kepalaku begini.”
“Itu hukumanmu.”jawabku cuek.”Itu ada pameran! Ayo kesana!”
Dia menghela nafas,”Baiklah ..”
Sebenarnya dia itu nggak jelek, hanya saja dia kurang terbuka dengan orang lain. Kupikir, aku bisa mengajarinya bagaimana menjadi seorang gadis sesungguhnya. Mungkin dengan begitu, dia bisa dekat dengan Shota, cowok keren yang dia suka.
Langkahnya terhenti. Aku heran, dengan sedikit iseng kucubit tangannya.”Ada apa?”
“I..itu Shota,”
Aku mendongakkan kepalaku,”Lalu?”
“Aku nggak mau lewat sana. Tidak.”jawab Harumi dengan wajah memelas,”Kumohon.”
Aku tidak bisa menahan tawaku saat kulihat wajahnya berubah warna menjadi merah padam. Aku tahu dia panik dan salah tingkah, tapi aku ingin membalas menertawainya.
Ahahaha, kamu ini terlalu lebay, Shota nggak akan ngapain kamu kok,”
Mukanya masih terlihat pucat,”Ya sudah kalau kamu masih mau disini, aku kabur duluan ya.”
“Harumi! Kembali kesini!! Kamu kan udah janji nggak ninggalin aku sendirian..!”
Wah, dia langsung menghilang secepat kilat. Cara berlari yang mengagumkan, dan aku tahu dia pasti bersembunyi di suatu tempat. Dan aku harus berkeliling mencari temanku satu ini.
Aku menoleh, kulihat Shota masih sibuk dengan komik yang dibacanya. Sungguh menarik, pikirku. Kalau saja mereka disatukan, mereka akan jadi pasangan yang paling serasi, dan akhirnya pasti happy ending seperti yang sering ada di komik-komik romantis yang tokoh cowoknya super kece dan pacaran sama cewek biasa, atau cewek culun xuper kikuk lengkap dengan kacamata model retro berbentuk bulat besar.
Shota menghilang seketika, aku sempat ingin mengejarnya tapi ia begitu cepat menghilang. Seperti hantu tepatnya. Ah tidak, kenapa aku memikirkan dia, bukan dia yang kucari tapi Harumi!!
“Harumi... “panggilku pelan.”Kamu dimana sih,”
Kuambil telepon genggamku, ada panggilan masuk. “Halo?”
“Misaki ya?”terdengar suara dari seberang.
“Iya, ini siapa?”
“Aku Hikaru, masih ingat? Teman smp kamu, jangan-jangan kamu udah lupa ya?”
Aku berusaha mengingat-ingat namanya, Hikaru.. yaya, aku ingat. Tapi kenapa disaat yang genting ini dia menelponku ? apa dia nggak tau, aku begitu sibuk dan pusing karena mencari Harumi yang hilang entah kemana. Dengan malas kujawab,”Ada apa, aku sibuk..:”
“Hemm.. aku mau ngajak kamu ketemuan. Kangen nih..”
“Maaf aku sibuk, nanti telepon lagi ya.” Kututup teleponnya seraya menghela nafas, disaat aku sedang bingung ada saja orang aneh menelepon dan mengajak ketemuan. Dia nggak tau betapa repotnya aku disini, aku yang sudah tiga kali berkeliling dan suaraku hampir hilang memanggil-manggil Harumi agar keluar dari tempatnya bersembunyi tapi nggak ada respon apa-apa. Jangan-jangan dia diculik?? Ya ampun, sempet-sempetnya berpikir negatif .. Hush hush pergilah pikiran negatif ..
“Misaki!”
Aku menoleh, “Oh, kau Kazuya.”
“Iya aku kebetulan lewat sini, jadi aku mampir. Kau sendirian?”
Aku menggeleng,“Hemm.. tidak, aku tadi bareng Harumi.”
“Lalu kemana dia?”
“Aku juga nggak tahu dia kemana. Dia langsung kabur begitu saja”
“Kabur??!”
“Iya, kabur. Kau tahu, baru saja dia melihat sahabatmu, Shota disini, langsung kumat penyakitnya. Kau tahu kan kebiasaannya.”
Kazuya mengangguk,”Oke deh. Aku bantu kamu nyari Harumi. Tapi kalau udah ketemu kalian berdua harus traktirin aku es krim ya!”
“Malak ceritanya nih?? Tahu deh yang mantan preman pasar Kreneng.”
“Wuitss jangan salah gini-gini aku berbakat juga lo jadi preman..”
“So, gue harus bilang ‘wow’ gitu ??”
“Iya mesti dan harus!”
Aku mendengus, dan sialnya aku ketemu orang paling menyebalkan di dunia.
“Buahahahhah..”
“Nggak ada yang lucu. Heh, kenapa ketawa!”
“Habis mukamu serius banget, padahal aku kan cuma bercanda. Why so serious?”
Aku memukul pinggang Kazuya,“Bisa ya bercanda di saat genting begini? Dasar aneh!”
Kazuya tersenyum geli, “Aku yakin dia nggak jauh dari sini. Tenang saja.”
Aku masih sibuk memukuli Kazuya ketika Harumi memanggilku.
“Misaki, maaf aku membuatmu khawatir.”
Aku menoleh,”Ha..rumi”
Dia tersenyum manis sekali. Aku nggak menyadari di belakangnya ada orang itu. Shota.
“Hai semuanya,”sapa Shota ramah.
“Eh kamu habis darimana ?”balas Kazuya dengan nada bingung. Sepertinya dia juga bingung sama sepertiku.
“Aku baru mau pulang lalu aku bertemu dengan Harumi. Kupikir dia tersesat jadi kutemani saja.”
Dia baik sekali, pikirku. Pantas saja dia populer di kalangan cewek-cewek keren. Wajar saja dia punya banyak fans dan stalker, kenyataannya dia memang baik dan sangat perhatian. Gimana nggak terpikat dengan cowok seperti itu..
“Misaki, kamu kok bengong?”
Aku terperanjat,”Eh..ehm nggak apa-apa.”
“Nah, Harumi kan sudah balik, aku mau tagih es krimnya sekarang.”kata Kazuya.”Tuh ada penjual es krim.”
“Aku nggak ada bilang mau traktirin kamu kan! Lagian bukan kamu yang nemu Harumi.”ujarku kesal.”Ayo Harumi, kita pergi!”
Aku dan Harumi bergegas pergi tanpa mengucapkan salam perpisahan. Nggak sopan banget ya, tapi begitulah aku. Sudah terlanjur emosi, daripada ditagihin es krim lebih baik langsung pergi saja.
“Misaki tahu nggak, aku di tembak Shota.”
“Apa??”
“Iya,”Harumi mengangguk.”Rasanya senang sekali.”
Aku kaget,”Benarkah??”
“Aku juga nggak tau ini benar atau tidak, terasa mimpi bagiku.”
Aku memegang tangan Harumi,”Congrats!”
“Terima kasih Misaki,”
Aku tersenyum, akhirnya mereka berpacaran. Tapi dalam hatiku merasa sedikit sakit. Kenapa ya? Apakah aku juga menyukai Shota? Apa aku cemburu? Masa iya aku cemburu dengan sahabatku sendiri. Dia berhak bahagia dengan orang yang dia suka kan, kenapa mesti aku cemburu dan sakit hati?
Pertama kali melihatnya mungkin kau akan mengira Shota itu lelaki biasa yang tidak punya kelebihan apa-apa, sama seperti saat pertama kali aku melihatnya. Asal kau tahu, siswa-siswa di sekolahku bukan berasal dari kalangan biasa, sekolahku adalah sekolah paling elit dan favorit. Hanya orang-orang berkelas dan berbakat yang bisa masuk sekolah ini. Peraturannya juga sangat ketat.
“Misaki!” sapa Shota di suatu pagi.
“Eh,”aku menutup bukuku.”Ada apa Shota?”
“Aku mau bicara penting sama kamu.”
“Ada apa?”
“Harumi pingsan di kamar mandi.”
“Hah???”
“Ayo cepat!”
Aku meletakkan buku yang belum selesai kubaca dan bergegas ke UKS.
“Harumi!!”
Dia masih nggak bergerak. Aku jadi makin panik, entahlah sangat kacau, aku tidak bisa berpikir apapun.
“Dia kenapa?”
Shota menjelaskan kronologinya. “Kami habis makan di kantin, lalu Harumi mengeluh pusing. Aku berniat mengantarnya ke UKS, tapi dia menolak dan hanya bilang ini sakit kepala biasa dan memutuskan pergi ke kamar mandi.”
“Terpaksa harus dibawa ke Rumah Sakit.”ujarku.”Ayo cepat!”
“Ya!”
Dalam perjalanan ke Rumah Sakit aku terus berdoa untuk Harumi agar dia cepat sadar. Lalu Shota mengeluarkan pernyataan yang membuatku tercengang.
“Kau tahu Misaki, sebenarnya aku dan Harumi itu sudah bertunangan.”
“Kau.. sudah bertunangan..”
“Benar. Tapi aku terpaksa karena desakan orang tuaku, dan aku tahu aku harus membuat Harumi bahagia setidaknya selama masa hidupnya.”
“Apa maksudmu?!”
“Harumi terkena kanker otak. Kau tidak tahu?”
Dadaku terasa sesak. Kenapa dia tidak bicara padaku tentang penyakitnya? Kenapa dia merahasiakannya ?? Kau membuatku sedih Harumi! Bangunlah! Sampai kapan kau mau tetap tidur begitu!
Aku menghubungi kedua orang tua Harumi. Kakiku terasa lemas dan tidak mampu menopang badanku. Kusenderkan badanku yang lemas ke tembok dan melihat dari jendela, dokter dan perawat sibuk memasang selang-selang yang aku nggak ngerti untuk apa. Semuanya terasa berat bagiku untuk melihatnya. Selamatkan dia, Tuhan...
Ayah dan Ibu Harumi tergopoh-gopoh datang. Aku tahu mereka cemas, terlihat jelas di wajah mereka, kecemasan dan ketegangan dengan nasib anak mereka yang berjuang dalam kondisi kritis di ICU.  Wajah sang Ibu terlihat syok dan seperti menahan tangis.
“Yang bernama Misaki dan Shota tolong masuk ke ruangan.”kata seorang perawat.
“Saya!”aku dan Shota berbarengan menjawab.
Ku mantapkan hatiku untuk masuk, dalam hati aku berharap semoga dia masih bisa bertahan, masih punya kesempatan hidup dan bisa menghabiskan waktu bersamaku lagi.
“Misaki, Shota. Senangnya masih bisa melihat kalian.”
Dia tersenyum.
“Harumi, gimana keadaanmu?”
“Aku baik-baik saja, Misaki, kau tidak perlu cemas.”
“Kau tahu, kenapa kau menyembunyikan penyakitmu dariku?!”
Dia tertawa,”Tidak, aku tidak mau kau merasa kasihan padaku.”
“Tapi..”
“Dengar, aku punya permintaan. Bisakah kau melakukannya untukku?”
“Apa?”
Dia tersenyum,”Aku mau, kalau aku sudah pergi. Aku mau kalian berdua bersatu.”
“Maksudmu..”
“Aku yakin Shota sudah mengerti maksudku. Shota tolong jelaskan pada Misaki ya.”
“Ta-tapi..”
“Senang bisa bertemu dan menghabiskan waktu bersamamu, Misaki. Sudah saatnya.”
Dia menutup matanya. Tangisku langsung pecah. Aku yang tidak pernah menangis sebelumnya entah mudah sekali air mataku keluar. Sakit sekali rasanya. Dan saat itu pula aku tahu, betapa Harumi sangat menyayangiku dan telah memberikanku satu hal yang sangat berharga baginya yaitu Shota.  Aku berjanji akan menjaganya dan membahagiakannya seperti kamu yang berusaha membuatku bahagia. Terima kasih atas waktu yang dulu kamu luangkan untukku. Terima kasih untuk segalanya.

0 komentar:

Posting Komentar